Minggu, 03 Mei 2015

Masa Lalu yang tak kembali part 1




             

Setiap orang memiliki ceritanya sendiri dalam menjalani kehidupan. Seindah- indahnya kehidupan seseorang pasti ada yang lebih indah, namun cukup indah jika mengenangnya karena kita yang melakukannya. Walaupun itu hanya sekedar hal biasa dan tak berarti, tapi ketika tertawa bersamalah yang menjadi satu kenangan manis bagi semua orang.
                Kenangan Pena Merah yang memerah jika mengingatnya. Tak sering juga melelehkan air mata ketika mengingat masa- masa penuh perjuangan. Dari pembentukan Pena Merah yang penuh dengan keluh kesah hingga menjadi sebuah ekskul yang resmi, semua memiliki hal terindah masing- masing individu di pena merah. Karena pena merah adalah perkumpulan individu yang memiliki satu visi dan misi. Berbeda pendapat namun tetap satu.
                Inilah kenangan pertama... Diawali dengan pembentukan sebuah perkumpulan jurnalistik. Yang sedari dulu memang tak pernah direstui oleh sekolah. Padahal siswa- siswi memiliki bakat dalam bidang jurnalistik, namun sekolah tak memiliki wadah dalam pengembangan. Sehingga diangkatan 2011/2012 mencoba merumuskan sebuah perkumpulan jurnalistik yang ingin dijadikan wadah ekskul untuk siswa.
                Tahukah sobat pena awal pembentukan tim jurnalis kapan? Sebenernya dari akhir bulan ramadhan di tahun 2011. Dikala itu, penulis sudah menawarkan kegiatan ekskul jurnalis sangat bermanfaat. Dan kepsek dikala itu sudah menyetujui dengan lisa. Akhirnya penulis mencari anggota yang sekiranya mau dan memiliki semangat juang tinggi dalam pembuatan ekskul jurnalis ini. Belum ada nama lho saat itu. Sehingga penulis menamai perkumpulan ini sebagai jurnalis rimba aja. Dan akhirnya banyak yang tertarik dalam semangat juang ini.
                Pemilihan nama akhirnya dimulai. Dengan kandidat Medya, Debora dan Pena Merah. Hasil yang berkata bahwa Pena Merahlah yang berhak menyandang nama perkumpulan ini. Dengan makna pena yang berani dan memberi semangat juang yang tinggi, anggota berharap semoga nama Pena Merah dapat mencirikan jurnalistik penulis dan teman- teman sekalian.
                Tapi ternyata ketuanya belum ada nih :0 walah, akhirhirnya dibuatlah sidang untuk pemilihan ketua umum. Dan kalian tau kandidatnya siapa? Yaitu penulis sendiri dan M. Irvan Fajar ali buakn Faja Alay. Hehehe.

Penulis
M. Irvan Fajar Ali


               

       Sidang hari pertama pemilihan ketua ini dihadiri oleh ketua jurnalis dari GAJAMANS di kala itu. Singkatnya GAJAMANS itu jurnalis dari MAN 1 Bogor. Keren banget kan yak? Hehehe.  Dengan kondisi tegang dan muka tanpa dosa penulis dan irva selaku calon ketua umum menjawab dan berdebat untuk memebri yang terbaik. Hingga akhirnya penulis dan irvan menyanyikan lagu Indonesia Raya. Wah?
                Bersambung
penulis : Arditya Rifdi Budiman

Tidak ada komentar:

Posting Komentar