“Ra…. Lu putus ya sama Rifan?” tanya seorang cewek yang
cantik bertubuh mungil.
“Iya Rin, baru 1 minggu yang lalu!”
jawab karna, gadis cantik berkerudung yang shalehah.
“Kenapa ? sayang banget tau”
“Udah ga akur ah, Rin. Yaudah pulang yuk!”
***
Tak
terasa sudah tanggal 15 maret 2012, sudah 2 minggu berlalu karena putus dengan Rifan. Rifan juga sudah
mendapatkan pacar baru lagi, ada sedikit rasa cemburu yang hinggap di hati
Karra.
“Ka
Karra….. “ panggil Wita , adik angkat Karra (kalau zaman sekarang kakak kelas
di SMA yang punya adi kelas suka mengangkat adik kelasnya jadi adik angkatnya.
Entahlah tradisi dari mana).
“ Hai
Wit”
“Ka
putus ya ? kenapa?”
“Iya,
ya gitulah Wit hehe”
“Mau ga
aku kenalin sama cowok?”
Karra
yang awalnya tidak tertarik dengan tawaran Wita, tapi akhirnya meng-iyakan
juga.
“Baik
ga orangnya? Kalau baik aku mau deh!”
“Baik
ko, namanya Gilang. Sekolahnya di SMA Negeri 17”
Karra
hanya mengganggukan kepala tanda setuju.
“Serius
ka?” Yakin Wita . “yaudah nanti dia sms kakak ko”
***
Saat
Karra sedang membaca-baca buku, ada getaran yang terasa. Getaran yang sudah
jarang ia rasakan lagi, itulah getaran handphonenya. Dengan sigap Karra meraih
handphonenya. Nomer yang berderet di laya handphonenya itu tampak asing.
“ hai? karra ya?”
Karra bertanya, Tanya dalam benaknya. Siapa yang sms dia,
jangan-jangan itu adalah cowo yang di ceritakan wita? Karra pun langsung ibu
jarinya di atas keypad itu.
“iya, ini siapa yah?”
Perkenalan itu pun di lanjutkan dengan obrolan-obrolan
ringan mereka. tak karra sangka gilang cepat akrab dan sangat asik. Karra
merasa telah lama sekali kenal dengan gilang, tak ada rasa ragu atau canggung
kepadanya
“Ra, mau ga ketemu sama gua ?”
Karra kaget! Kaget, apa gilang ngajakin gua ketemuan?mau
banget kali . Tapi … Ada rasa ragu dihati karra . Ia takut gilang tak sebaik
yang selama ini dia kenal
***
Saat karra sedang berada di rumah temannya , tiba-tiba saja
gilang datang dengan memasang senyum dengan lesung pipi yang sangat dalam . sungguh
indah sekali senyum itu, senyum yang dapat karra terpaku pada mata sipitnya.
Sepasang perjalanan pulang mereka sangat asik mengobrol,
karra merasa bebas. Ia tak perlu menjadi orang lain saat ada di hadapan gilang
. karra bisa tertawa lepas ,baginya gilang adalah seseorang uang sangat
menyenangkan.
Tak disangka gilang adalah lulusan pesantren, dengan gaya
yang seperti anak ‘gaul’ dia seorang santri . Dan karra pun memanggilnya
‘santri gagal’.
“
Tidak ada komentar:
Posting Komentar